Infoberitadunia – Permainan berburu ‘harta karun’ bernama “Koin Jagat” akhirnya dihentikan dan berganti konsep menjadi “Misi Jagat” setelah menyebabkan sejumlah fasilitas umum di beberapa kota rusak.
Seorang sosiolog mengatakan banyaknya pengguna yang terpikat oleh iming-iming hadiah uang secara instan mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi masyarakat “sedang tidak baik-baik saja”.
Seorang pengantar galon rela menyusuri selokan di sebuah taman di Kota Bandung usai bekerja seharian demi menemukan sebuah koin.
Di Jakarta, seorang karyawan menyenteri kolong kendaraan untuk mengecek apakah ada koin yang tersembunyi di antara suku cadangnya. Keduanya bernasib sama: pulang dengan tangan kosong.
Di Surabaya, seorang pengemudi ojek daring lebih beruntung karena berhasil menemukan dua koin bernilai Rp800.000, jauh lebih besar dari penghasilan hariannya.
Mereka mengaku terpikat karena koin itu bisa ditukar menjadi uang dengan nilai Rp300.000 hingga Rp100 juta.
Permainan ini digagas oleh Jagat, sebuah aplikasi social map berbasis di Singapura, yang telah diunduh oleh lebih dari lima juta pengguna hingga Kamis (16/01).
Pihak pengembang mengeklaim ada lebih dari satu juta pengguna aktif aplikasi ini di Indonesia. Sementara itu, ada 1.086 koin yang sebelumnya disebarkan di tempat-tempat umum di Jakata, Bandung, Surabaya, dan Bali.
Dengan peluang yang kecil untuk menang, mengapa banyak orang terpikat dan begitu getol berburu Koin Jagat?
Tergiur hadiah uang yang lebih besar dari upah harian
Selama beberapa pekan terakhir, Iyan, seorang pengemudi ojek daring di Surabaya, berburu koin di sela-sela aktivitasnya mengantar penumpang.
Iyan mengaku iseng setelah mendapat informasi dari Tiktok. Keisengannya itu ternyata membuahkan hasil.
“Lumayan kan, bisa dapat uang. Saya coba cari terus ternyata dapat dua kali,” kata Iyan kepada wartawan Mustofa El Abdy yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Yang pertama bernilai Rp500.000 dan yang kedua Rp300.000.
Nilai itu lebih besar dibandingkan penghasilan hariannya sebagai pengemudi ojek.
“Tapi ini kan bukan penghasilan tetap,” kata Iyan.
Sebagian dari uang itu kemudian dia gunakan untuk mengisi bensin kendaraannya, dan sebagian lainnya untuk jajan. Setidaknya, bagi Ian, uang itu cukup membantunya.
Seorang pegawai di Surabaya, Adi Santoso, 32, rela menyisihkan waktunya selama tiga hingga lima jam untuk berburu koin. Dia mengaku tergiur oleh hadiah uang yang ditawarkan.
Sejak pekan lalu, dia bersama temannya menyusuri tempat-tempat umum di Kota Surabaya bermodal petunjuk dari peta di aplikasi Jagat.
Perburuan itu sering kali tidak membuahkan hasil.
Namun, Adi juga pernah berhasil menemukan koin di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) di Surabaya. Nilainya sebesar Rp1 juta ketika ditukar. Tetapi, tak semua pemburu koin seberuntung Iyan dan Adi.
Dengan helm yang masih terpasang di kepala, Taufik Hidayat tampak mengais tanah di Pet Park, Bandung, pada Rabu (15/01).
Sore itu, dia baru saja pulang setelah bekerja sebagai pengantar galon. Namun karena tergiur oleh hadiah uang yang ditawarkan, Taufik rela menunda pulang ke rumah.
Sesekali dia melihat layar ponselnya. Menurut petunjuk pada peta di aplikasi Jagat, ada koin yang tersimpan di taman itu.
Dia kemudian bergerak menyusuri selokan sambil berharap menemukan sebuah koin.
“[Tertarik berburu koin] karena dari uangnya. Jadi terhibur juga. Kalau [dibilang] butuh sih, butuh [uang]. Insya Allah dapat. Bismillah aja,” ungkap Taufik penuh harap kepada wartawan Yuli Saputra yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Sebagai seorang pengantar galon, penghasilan Taufik masih di bawah upah minimum. Dia mengaku upahnya sebenarnya cukup-cukup saja. Namun kalau ada uang lebih, maka itu bisa membantunya.
Namun setelah satu jam berlalu, Taufik tidak juga menemukan koin yang dicari.