oleh

Viral! 3 Kreator Malaysia Dikecam Usai Beri Sisa Tulang Ayam ke Tunawisma demi Konten

-Berita, Viral-16 Dilihat

InfoberitaduniaTiga kreator konten asal Malaysia sedang menghadapi penyelidikan aparat penegak hukum usai video aksi ‘amal palsu’ mereka terhadap seorang tunawisma memicu kemarahan publik.

Video yang menampilkan ketiganya memberikan sisa tulang ayam kepada seorang pria gelandangan dinilai menghina martabat dan menjadikan penderitaan orang lain sebagai bahan tontonan demi konten viral.

Dalam unggahan di Instagram, terlihat mereka bersantai sambil menyantap ayam goreng di sebuah restoran cepat saji ternama.

Setelah selesai makan, mereka membungkus tulang sisa yang telah mereka kunyah bersama nasi sambil tertawa-tawa, kemudian memberikannya kepada seorang pria tunawisma yang tertidur di pinggir jalan.

Awalnya pria tersebut tampak senang menerima makanan, namun wajahnya berubah kecewa saat mengetahui isinya hanya tulang belaka. Para kreator malah memberikan simbol jempol ke kamera seolah-olah telah berbuat baik.

Video itu segera menjadi bahan kecaman di media sosial. Banyak warganet menilai aksi itu sebagai bentuk eksploitasi terhadap kaum rentan demi meningkatkan jumlah penonton dan interaksi di media sosial.

Kritik mengarah pada dugaan strategi “rage baiting“, yaitu membuat konten yang sengaja memancing kemarahan publik untuk mendapatkan popularitas instan.

Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) menilai video tersebut sebagai eksploitasi yang merendahkan martabat manusia dan mencerminkan buruknya etika digital.

“Penyebaran konten yang merendahkan martabat individu bukan hanya tidak etis, tetapi juga dapat menormalisasi budaya tidak manusiawi di masyarakat,” ujar MCMC dalam pernyataannya.

Kini, kasus tersebut tengah dalam proses hukum di bawah Undang-Undang Komunikasi dan Multimedia. Jika terbukti bersalah, ketiganya dapat dikenai hukuman penjara hingga dua tahun dan denda maksimal MYR 500.000 (sekitar Rp400 juta).

Walau para pelaku telah menyampaikan permintaan maaf dan mengklaim bahwa si tunawisma telah diberi makanan layak sebelum syuting, publik tetap tidak bisa menerima tindakan tersebut.

Sejumlah kritikus menegaskan bahwa persoalan utamanya bukan soal izin atau persetujuan, tapi pada tindakan yang menjadikan seseorang sebagai bahan candaan dalam kondisi rentan.

“Perbuatan baik tidak dilakukan dengan cara seperti ini. Mencari penonton pun tidak sepatutnya dengan mempermalukan orang lain,” tegas salah satu kreator.

Aktris sekaligus pembawa acara Agnes Lim juga angkat suara. Ia menyerukan agar ketiga kreator tersebut segera menghapus akun media sosial dan berhenti dari dunia digital.

“Ini bukan hanya tindakan yang tidak sensitif, tapi benar-benar tidak manusiawi,” katanya.

“Membela diri dengan dalih amal justru memperburuk semuanya. Ini bukan sekadar kesalahan—ini mencerminkan siapa kalian sebenarnya.”

Fenomena ini memperlihatkan wajah buram dunia digital, di mana penderitaan manusia dijadikan komoditas demi perhatian dan algoritma.

Dengan bungkus kepedulian atau hiburan, banyak kreator justru memanfaatkan kelompok rentan untuk konten yang tidak etis dan mencederai nilai-nilai kemanusiaan.

Kejadian ini menjadi peringatan serius bahwa batas moral dan tanggung jawab etika harus tetap dijaga, meski di tengah era digital yang makin tak terkontrol.