oleh

Ikut Demo karena Medsos, Kini Kapok: Suara Pelajar dari DPR

-Berita, Politik-27 Dilihat

Infoberitadunia-Sejumlah pelajar ikut turun menyampaikan aspirasi di depan Gedung DPR/MPR RI, Senin (25/8/2025). Aksi berujung ricuh, hingga mereka pun harus berurusan dengan polisi. Total 196 anak-anak di bawah umur, termasuk pelajar yang ditangkap.

Petugas kepolisian menghadang demonstran saat demo menuntut pembubaran DPR di depan Gedung DPR/ MPR, Jakarta, Senin (25/08/2025).
Petugas kepolisian menghadang demonstran saat demo menuntut pembubaran DPR di depan Gedung DPR/ MPR, Jakarta, Senin (25/08/2025).

Cerita beragam datang dari orangtua dan anak-anak yang ditangkap. Ada dari mereka yang memang sengaja ikut demo, sampai terciduk saat perjalanan ke Gedung DPR/MPR Jakarta Pusat.

Dila bersama rekannya lagi sibuk menuliskan surat pernyataan. Dia duduk di tangga Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Dila jauh-jauh datang dari Bekasi untuk menjemput anaknya yang berada di Polda Metro Jaya usai kericuhan terjadi kemarin.

Dia bercerita, ia kaget saat telepon rumah berdering. Anaknya, Ryan, minta dijemput.

“Dikabarin, dia telepon minta jemput,” kata Dila saat ditemui di Polda Metro Jaya, Selasa (26/8/2025).

Dia mengakui, anaknya Ryan yang masih berstatus pelajar sepulang sekolah pamit pergi untuk ikut demo. “Dia sendiri ikut demo,” ucap dia.

Tak berbeda jauh, Dhika warga Johar Baru dia sedang berdiri menunggu pembagian secarik kertas bertuliskan surat pernyataan. Dia turut mengalami hal sama. Ia ditelepon adiknya minta dijemput.

“Ditelepon sama adik disuruh ke sini Polda Metro Jaya,” ucap dia.

Dhika mengatakan, adiknya sebenarnya baru pulang sekolah tapi langsung diajak temannya untuk ikut di tengah kerumunan depan DPR.
“Katanya ikut demo. Diajak sama temannya pulang sekolah terus ikut demo. Udah pulang disamper sama temennya untuk demo,” ucap dia.

Petugas kepolisian menghadang demonstran saat demo menuntut pembubaran DPR di depan Gedung DPR/ MPR, Jakarta, Senin (25/08/2025).
Petugas kepolisian menghadang demonstran saat demo menuntut pembubaran DPR di depan Gedung DPR/ MPR, Jakarta, Senin (25/08/2025).

 

Cerita serupa datang dari Yanti asal Cisauk. Anaknya, Denis, awalnya pulang sekolah naik motor. Tapi tak lama kemudian, ia kembali meninggalkan rumah.

“Ada yang jemput,” ujar Yanti.

Yanti tak tahu kemana anaknya pergi. Selang sehari, tepat pada pukul 9 pagi, keponakanya menghubungi kalau anaknya ditangkap polisi gegara ikut demonstrasi.

“Mungkin ada provokatornya. Bocah tuh kalau gak ada yang ajak gak mungkin ikut,” kata dia.

Beda dengan mereka. Pemas yang adiknya ditangkap polisi justru heran. Dia bilang, adiknya saat itu nongkrong sepulang sekolah.

Dia bersikukuh adiknya sama sekali tidak mau ikut unjuk rasa. Ia tahu karena adiknya sendiri yang menghubunyi via WhatsApp untuk minta dijemput di Polda.

“Adik saya abis balik sekolah, terus nongkrong jam 3-an. Di tengah jalan ditangkap. Dia gak ikut demo. Karena posisi lagi jalan sama temannya, langsung ditangkap,” ucap Pemas.

Sementara itu, cerita juga datang dari Gusti, salah satu pelajar yang diamankan. Dia akui mau datang ke DPR untuk berujuk rasa. Namun, baru tiba di Bundaran HI, langsung diboyong oleh polisi.

“Lagi jalan di Bundaran HI. Iya (Mau ke DPR ikut demo). Tapi ditangkap,” ucap Gusti.

Saat ditanya soal tuntutan demo, Gusti tahu itu soal tunjangan DPR yang naik sangat tinggi. “Tahu tentang tunjangan DPR,” jawab dia.

Namun, karena kejadian ini dia tak mau lagi ikut berkecimpung di jalan untuk menyampaikan pendapat di muka umum. “Kapok,” ucap dia.

Ayahnya, Yanto dari Cipinang, tak kuasa menahan kesedihan bisa melihat anaknya kembali ke pangkuannya.
“Sedih, gak ketemu seharian,” kata Yanto.

Petugas kepolisian menghadang demonstran saat demo menuntut pembubaran DPR di depan Gedung DPR/ MPR, Jakarta, Senin (25/08/2025).
Petugas kepolisian menghadang demonstran saat demo menuntut pembubaran DPR di depan Gedung DPR/ MPR, Jakarta, Senin (25/08/2025).

 

Dia sebenarnya tak masalah anaknya ikut unjuk rasa. Namun, di usia yang masih belum matang dinilai belum tepat. Mungkin, kalau nanti sudah menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi ia baru merestui.

“Itu hak tapi kalau sudah waktunya. Tetap dukung selama tidak anarkis. Tapi kan ini masih anak-anak,” kata dia.

Cerita juga datang dari Fikri, pelajar lain yang juga diamankan polisi. Senasib, dia juga awalnya ikut demo, tapi begitu sampai Bundaran HI langsung ditangkap polisi.

“Saya sendiri diajak sama temen pas pulang sekolah langsung berangkat DPR. Terus di Bundaran HI diangkut polisi. Belum sempet ke DPR,” ucap dia.

Fikri sendiri tahu ada demo setelah melihat media sosial. Saat itu, ia terpanggil untuk mengambil peran menyampaikan pendapat di muka umum.

“Kurang tahu tuntutan apa karena terpengaruh medsos. Jadi ikut-ikutan,” ucap dia.

Saat ditanya kapok sampaikan pendapatkan di muka umum, Fikri menjawab setengah hati, “Waduh kurang tahu dah, liat aja kedepan ya,” ucap dia.

Abangnya, Fikri yany bernama Rafi, juga sempat kaget. Karena Fikri tak punya ponsel, ia pinjam ponsel polisi untuk mengabari orang di rumah.

“Langsung berangkat sendiri,” ucap dia.

Menurut dia, adiknya sedang mencari jati diri. Dia tak mempermasalahkan adiknya ikut demo karena menurutnya di tengah maraknya informasi sudah hal yang lumrah pelajar jadi tahu kearaan di negara sendiri.

“Buat pribadi memperbolehkan. Tapi dengan syarat dia harus tahu apa yang diaspirasikan. Tidak cuman datang anarkis. Kita melarang itu,” tandas dia.